Jumat, 31 Desember 2010

MASYARAKAT KOTA DAN MASYARAKAT PEDESAAN

G.Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa dapat memahami dan menghayati kenyataan yang diwujudkan oleh gejolak masyarakat perkotaan, memahami dan menghayati kenyataan sosial yang diwujudkan oleh keberadaan masyarakat pedesaan, mengkaji hubungan antara masyarakat perkotaan
Tujuan Instruksional Khusus :
- Mahasisiwa dapat menjelaskan pengertian masyarakat
- Mahsiswa dapat menyebutkan syarat-syarat menjadi masyarakat
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian masyarakat perkotaan
- Mahasiswa dapat menyebutkan 2 tipe masyarakat
- Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri masyarakat kota
- Mahasisiwa dapat menyebutkan perbedaan antara desa dan kota
- Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan desa dan kota
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang aspek positif dan aspek negatif
- Mahasiswa dapat menyebutkan 5 unsur lingkungan perkotaan
- Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi external kota
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian desa
- Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri desa
- Mahasisiwa dapat menyebutkan ciri-ciri masyarakat pedesaan
- Mahasiswa dapat menjelaskan sifat dan hakikat masyarakat pedesaan
- Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam gejala masyarakat pedesaan

Pengertian Masyarakat
1. R.Linton : masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial
2. MJ.Herkovits : masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
3. J.L.Gilian : masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
4. S.R.Steinmetz : masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.
5. Hasan Sadily : masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia.

Dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Masyarakat harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang
2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada kepentingan dan tujuan bersama.
Masyarakat dapat dibagi dalam :
1. Masyarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat tawanan, dan lain-lain
2. Masyarakat merdeka, yagn terbagi dalam :
a. Masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan
b. Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.
Masyarakat perkotaan
Masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
5. Interaksi yang terjal lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Perbedaan desa dan kota
1. Jumlah dan kepadatan penduduk
2. Lingkungan hidup
3. Mata pencaharian
4. Corak kehidupan sosial
5. Stratifikasi sosial
6. Mobilitas sosial
7. Pola interaksi sosial
8. Solidaritas sosial
9. Kedudukan dalam hierarki administrasi nasional

Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1. Wisma : unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsur wisma ini menghadapkan
a. Dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang
b. Memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
2. Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3. Marga : unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
4. Suka : unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
5. Penyempurna : unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.

Kota secara internal pada hakekatnya merupakan suatu organisme, yakni kesatuan integral dari tiga komponen meliputi penduduk, kegiatan usaha dan wadah. kota juga mempunya peranan/fungsi eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam kerangka wilayah atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam skala regional maupun nasional.

Masyarakat Pedesaan
Menurut Sukardjo Kartohadi adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat disuatu daerah dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.. Menurut paul H.Landis : desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
ciri masyarakat desa antara lain :
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4. Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.

Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :
a. Konflik
b. Kontraversi
c. Kompetisi
d. Kegiatan pada masyarakat pedesaan

H.Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswamemahami dan menghargai kemampuan manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk membasmi kemiskinan, mengkaji kemampuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan guna memanfaatkan sumber daya alam, mengkaji peranan teknologi dalam mengatasi kemiskinan.
Tujuan Instruksional khusus :

- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan
- Mahasiswa dapat menyebutkan 4 hal sikap yang ilmiah
- Mahasiswa dapat menjejaskan pengertian teknologi
- Mahasiswa dapat menyebutkan cirri-ciri fenomena teknik pada masyarakat
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan,teknologi dan nilai
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kemiskinan
- Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri manusia yang hidup di bawah garis kemiskinan
- Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi kemiskinan

Ilmu Pengetahuan

Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut Imanuel Kant pengehuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman.
Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :
1. Pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu
2. Pengetahuan dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan
3. Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.

Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.

Teknologi yang berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sektor kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.

Alvin Tofler (1970) mengumpamakan teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.

Kemiskinan
Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan lain-lain.

Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkan dalam nilai uang sebgai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal ( versi bank dunia, dikota 75 $ dan desa 50 $AS perjiwa setahun, 1973) ( berapa sekarang ? ).
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsur :
1. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
Kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural.

TUGAS
Artikel ini adalah salah satu contoh kemiskinan buatan yang diakibatkan Korupsi Pemerintah!


Kemiskinan Akut Yang Terjadi Akibat Korupsi dan Kenaikan BBM Di Indonesia Membuat Rakyat Putus Asa dan Bunuh Diri

 
Posted on Juni 13, 2008 by Gadis Kecil| 


Kemiskinan terkadang membuat orang menjadi kehilangan akal sehat. Seperti halnya yang dialami Sudadi (41 tahun), warga Desa Windusari, Kab Banjarnegara, Jawa Tengah. Akhir Januari 2008 lalu, Sudadi nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di bawah plafon rumahnya. Nyawa ayah satu anak ini pun tak terselamatkan.
Korban yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini memang acap kali mengeluh. Kepada tetangganya, Sudadi sering curhat lantaran penghasilannya tak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tak hanya Sudadi yang mengambil jalan pintas seperti itu. Slamet (34), penarik becak di Banjarnegara, pada akhir Maret lalu juga mengakhiri hidupnya dengan cara serupa. Impitan ekonomi merupakan penyebab Slamet melakukan hal terlarang dalam agama tersebut.
Terus melangitnya harga-harga kebutuhan pokok dan di saat yang sama penghasilan Slamet sebagai penarik becak tak ikut naik, membuatnya gamang menjalani hidup. Apalagi, jumlah penarik becak makin bertambah karena nasib serupa Slamet tak hanya seorang. ”Padahal, saya tidak pernah menuntut apa-apa dari suami. Sudah dapat uang buat makan sehari-hari saja sudah senang,” kata istri korban sembari menangisi kepergian suaminya.
Dua kasus bunuh diri akibat impitan ekonomi itu hanyalah sepenggal potret buram kehidupan rakyat miskin di Tanah Air yang tak kuat menanggung beban hidup. Mereka tak lagi berwacana soal dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tapi benar-benar menjadi korban dampak kebijakan tersebut.
Penghasilan warga miskin selamanya tak akan pernah mampu mengejar kenaikan harga kebutuhan pokok yang terus meroket sebagai akibat dikuranginya subsidi BBM. Bagi yang tak tebal iman dan berpemahaman buruk terhadap agama, bunuh diri dianggap salah satu penyelesaian sederhana. Tapi, tidak demikian halnya bagi yang berpikiran jauh ke depan. Kasus bunuh diri yang terjadi di empat kabupaten di Jawa Tengah bagian selatan, yaitu Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara, memang menunjukkan peningkatan jumlah. Dua kasus di atas hanya bagian dari 26 kasus bunuh diri lainnya.
Tak heran jika Kepala Kepolisian Wilayah (Kapolwil) Banyumas, Kombes Pol Boy Salamudin, menyatakan keheranannya atas banyaknya kasus bunuh diri. Dia menyebutnya sebagai sesuatu yang luar biasa. Luar biasa. Karena, dalam tempo empat bulan, Januari-April 2008, sudah 28 orang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Seutas tali dan beberapa botol racun menjadi jembatan para korban membinasakan dirinya.
Dan, yang membuat Kapolwil ini tambah terkejut, penyebab bunuh diri itu karena mereka terjerat kemiskinan. ”Setelah kita data dan rekap semua kasus bunuh diri yang terjadi di jajaran Polwil Banyumas, ternyata semuanya karena kemiskinan,” ungkap Boy, pekan lalu.
Sebenarnya, berkaca dari kasus serupa pada 2007, jumlah bunuh diri selama empat bulan terakhir di 2008 itu sudah tinggi. Karena, selama setahun lalu, jumlah warga yang bunuh diri mencapai 59 kasus. Akar masalah bunuh diri itu, secara mayoritas, karena kemiskinan yang akut. Melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, ditambah penghasilan mereka yang tak berubah, bahkan bisa jadi menurun, menjadi ‘penyakit sosial’ tersendiri di masyarakat.
”Kalau saya lihat angka bunuh diri di Banyumas, sungguh memprihatinkan. Kita harus berbuat sesuatu untuk menghentikannya,” ujar Kapolwil. Dan, ironisnya, daerah yang memiliki potensi warganya bunuh diri, seperti di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara, merupakan wilayah dengan jumlah pondok pesantren tak sedikit. Semestinya, kehadiran pondok pesantren dapat menjadi benteng moral masyarakat, sekaligus tambatan mencari penghidupan agar tahan terhadap tekanan ekonomi yang kian berat.
Angka statistik di empat wilayah itu memang menunjukkan jumlah warga miskinnya tinggi. Hal ini diperlihatkan dengan derasnya aliran bantuan pemerintah, mulai dari beras untuk rakyat miskin (raskin) hingga bantuan langsung tunai (BLT). Secara geografis, lanjut Kapolwil, sebagian besar warga di empat kabupaten itu menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian dan perikanan.
Guna menekan jumlah warga bunuh diri, ujar Kapolwil, perlu penanganan secara serentak dan sistematis. Segenap komponen masyarakat, termasuk para ulama, harus bertindak nyata. Dalam hal ini, kepolisian bersama para ulama menggelar program khusus pembinaan mental. ”Dua bulan terakhir, saya dan para ulama mengadakan kegiatan ritual, seperti Yasinan setiap malam Jumat, di setiap kecamatan. Alhamdulillah, respons masyarakat cukup besar. Mudah-mudahan, ini menjadi sarana penguatan iman mereka.”
”Sesulit apa pun hidup ini harus dihadapi. Bunuh diri bukan penyelesaian terbaik,” ungkapnya. Guru Besar Bidang Ekonomi, Universitas Gajayana Malang, Prof Dr M Saleh, mengatakan kesenjangan sosial hampir terjadi merata di seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang miskin makin bertambah, apalagi setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM. Jika warga miskin tak dapat mengendalikan diri, emosi akan mudah meluap. ”Sehingga, membuat orang tak lagi dapat berpikir jernih. Karenanya, mudah menjadi brutal dan bertindak anarkistis,” katanya.
Pembinaan keagamaan tak bisa diandalkan semata, tapi juga dengan meminimalisasi kesenjangan ekonomi. ”Kalau kebutuhan ekonomi terpenuhi dengan baik, rakyat tak akan mudah emosi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar